SEJARAH DESA



Pada zaman dahulu waktu itu Sinuwun Solo punya istri selir yang ada di Mataram Nyi Rara Mendut namanya. Dari istri padmi (permaisuri) Sinuwun Solo mempunyai putera namanya Raden Semayuk. Hubungan Sinuwun Solo dengan istri selirnya yang ada di Mataram sangat baik, demikian juga anak Sinuwun Solo dengan ibu tirinya tidak bedanya seperti ibunya sendiri. Tetapi hubungan baik Raden Semayuk dengan Nyai Rara Mendut lama-lama ada udang dibalik batu cinta mesra asmara yang dilakukan oleh kedua insan ini.

            Kemudian hubungan asmara kedua insan tersebut diketahui oleh Sinuwun Solo. Lalu Sinuwun Solo memberi peringatan pada Raden Semayuk dan Nyai Rara Mendut tetapi tidak ada perhatiannya. Perbuatan masih berjalan lanjut, lalu oleh Sinuwun Solo Rara Mendut dan Raden Semayuk diusir keluar dari Bumi Mataram.

            Nyai Rara Mendut dan Raden Semayuk pergi meninggalkan Mataram sambil membawa tanah Mataram dibuat bekal dalam perjalanannya.

            Dalam perjalanan Raden Semayuk serta Nyi Rara Mendut tidak mempunyai arah tujuan kemana ia pergi. Hatinya sangat susah akan melanjutkan perjalanan dengan ibu tirinya itu. Kemudian Raden Semayuk dalam hatinya mempunyai pikiran menjadi seorang wanita seperti ibunya (Rara Mendut) yang dicintai itu. Niat semacam itu dilaksanakan juga menjadi seorang wanita kemudian bersilih nama Bok Rondo. Kemudian kedua orang wanita tersebut sama-sama melanjutkan perjalanannya sampai dating di sebuah tempat yang penduduknya belum seberapa adanya.

            Tempat itu dinamakan Solodingin yang artinya Solo menunjukkan dia keturunan dari Kota Solo kemudian dingin mempunyai arti disik atau pertama dating di tempat itu. Kerukunan kedua insan ini damai tidak pernah bertengkar dan penduduk yang ada disitu tidak mengetahui sebetulnya laki-laki dan wanita. Masa memakan usia manusia Nyi Rara Mendut kemudian sakit lalu meninggal di tempat itu kemudian di makamkan di Solodingin juga.

            Sepeninggalnya Nyi Rara Mendut, Raden Semayuk (Bok Rondo) mengembara lagi meninggalkan Solodingin. Berjalan lagi tanpa arah tujuannya seperti semula. Sampai datang di tengah alas lagi Kebon Pomahan namanya alas itu. Di tengah alas ini cocok bagi Bok Rondo mulai bermukim tanah yang dibawa dari Mataram dulu ditanam di situ.

            Raden Semayuk (Bok Rondo) sekarang berganti nama menjadi Bok Ayu Sekarkuning. Kejadian semacam itu atau laki-laki menjadi wanita itu lama-lama diketahui oleh penduduk, karena semenjak Bok Rondo datang masyarakat sekitarnya mendekatkan diri karena kebaikannya.

            Kemudian orang-orang itu mengatakan: Orang wanita pakai celana (Wong Wedok kok nganggo Sruwal). Karena kebon pomahan semenjak datangnya Bok Rondo menjadi subur makmur. Berhubung orang sudah tahu wanita semestinya pakai jarit tetapi masih pakai celana (sruwal), sebutan itu akhirnya berubah menjadi Bok Rondo Sruwalan lama kelamaan menjadi nama Desa Siwalan hingga sekarang ini. Bok Rondo Siwalan karena tidak mempunyai tanah maka ia mempunyai akal untuk mendapat tanah yang agak luas lalu membuka ikat pinggangnya yang berupa kain.

            Sabok (ikat pinggang kain) lalu dibakar dengan mengucapkan sayembara : Dimana bumi yang kejatuhan abu sabok Bok Rondo Siwalan atau Bok Rondo Sekarkuning berarti tanah itu menjadi miliknya.

            Sampai sekarang kalau ada tanah yang agak aneh masyarakat mengatakan bahwa tanahnya Bok Rondo Suwalan (Siwalan). Tidak disitu saja masyarakat kepercayaannya kepada Bok Rondo Suwalan bila ada petir mengucapkan : Jabung anake/turune Bok Rondo Suwalan supaya tidak disambar petir dia mengucapkan demikian.

            Kemudian usia Bok Ayu Sekarkuning atau Bok Rondo Suwalan dimakan waktu seperti halnya Rara Mendut akhirnya menjadi tua. Dalan waktu sudah tua umurnya lalu berpesan kepada masyarakat yang ada disitu bilamana ia meninggal dunia minta supaya dimakamkan di Mataram karena asal mula datanganya dari Kota Mataram Jawa Tengah.

            Ajal memang sudah takdirnya bagi Bok Rondo Suwalan tak lama kemudian tersebarlah bahwa Bok Ayu Sekarkuning meninggal dunia.

            Orang-orang semua datang ke tempat kediaman Bok Rondo Suwalan untuk membicarakan pemakamannya. Diantara orang banyak ada yang mengusulkan pada masa hidupnya Bok Rondo Suwalan, berpesan supaya dimakamkan di Desa Mantaras karena anggapan mereka mentaras itulah Mataram. Karena Mentaras tidak jauh dengan Desa Siwalan sekarang Mentaras masuk wilayah Kecamatan Dukun.

            Sehubungan dengan putusan musyawarah itu sayuk-sayuk suaranya maka akhirnya berubah menjadi sayun-sayun. Kemudian kata sayun-sayun menjadi nama tempat tinggal Bok Rondo Suwalan sekarang merupakan tanah lapang di sebelah selatan Desa Suwalan (Siwalan) sampai sekarang tidak ada yang berani menamainya.

            Kesimpulan dari cerita ini awal mualanya Raden Semayuk mengembara bersama ibu tirinya. Raden Semayuk menjadi seorang wanita dan berganti nama Bok Rondo. Setelah datang di kebon Pomahan ganti nama lagi menjadi Bok Ayu Sekarkuning. Karena rahasianya diketahui oleh penduduk yaitu wanita pakai katok (wong wedok kok nganggo Sruwal).

            Kemudian oleh masyarakat dibuat nama Bok Ayu Sekarkuning menjadi Bok Rondo Sruwalan demikian nama itu dipakai Desa Sruwalan kemudian menjadi Desa Suwalan (Siwalan) sampai sekarang.

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search